Senin, 13 Desember 2010

Puisi Kontemporer

PUISI KONTEMPORER
          Dalam perkembangan terakhir kesusastraan Indonesia muncul adanya kaya sastra kontemporer, baik dalam bentuk puisi, prosa, maupun drama. Karya sastra kontemporer adalah karya sastra yang inkonvensional, yaitu menyimpang dari pola karya sastra pada umumya. Oleh karena menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya, cara memahami maknanya pun berbeda.
          Dalam bidang puisi , puisi kontemporer berarti puisi yang dibuat atau diterbitkan pada permulaan tahun 70-an hingga sekarang, dan bentuknya menyimpang dari puisi-puisi pada umunya.
          Untuk memahami puisi kontemporer kita perlu mengetahui apa yang dikatakan Sutardji dalam Kredo Puisinya.

Kredo Puisi
       Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukanlah seperti pipa yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.
       Kalau diumpamakan dengan kursi, ia adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk.Kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam.
       Dalam kesehari-harian kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan pengertian.dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian.
       Kata-kata harus bebas dari penjajahan pengertian,dari beban idea. Kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri.
       Dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor (Obscene) serta penjajahan gramatika.
       Bila kata telah dibebaskan kretivitas pun dimungkinkan. Karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauannya sendiri. Pendadakan yang kreatif bisa timbul karena kata yang biasanya dianggap berfungsi sebagai penyalur pengertian,tiba-tiba karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbullah hal-hal yang tak terduga sebelumnya.
       Dalam (penciptaan) puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. Dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari di atas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mundar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.
       Sebagai penyair saya hanya menjaga – sepanjang tidak mengganggu kebebasannya- agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal.
       Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikannya kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah kata.
       Dan kata pertama adalah mantera. Maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata pada mantera.
                                                      
                                                                      Bandung, 30 Maret 1973
                                                                           Sutardji Calzoum Bachri



Ciri-ciri Puisi Kontemporer
  1. Penulisan kata, baris, dan bait menyimpang dari penulisan puisi pada umumnya.
  2. Terjadi kemacetan bunyi, bahkan hampir tidak dapat dibaca karena kadang-kadang hanya berupa tanda baca yang disejajarkan.
  3. Banyak pengulangan kata, frase, atau kelompok kata.
  4. Menggunakan idiom-idiom yang inkonvensional.
  5. Memperhatikan kemerduan bunyi.
  6. Kadang-kadang mencampuradukkan kata atau kalimat bahasa Indonesia dengan kata atau kalimat bahasa asing atau bahasa daerah.
    
Di Indonesia yang digolongkan kontemporer adalah puisi-puisi karangan:
  1. Sutardji Calzoum Bachri, dalam kumpulan puisinya O Amuk, Kapak.
  2. Ibrahim Sattah, dalam kumpulan puisinya Hai Ti.
  3. Hamid Jabbar, dalam kumpulan puisinya Wajah Kita

Macam-macam Puisi Kontemporer
1. Puisi Mantra
          Puisi mantra dalam puisi konyemporer ialah puisi yang mempunyai sifat-sifat mantra.  Sifat-sifat mantra yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
  1. Mantra bukanlah sesuatu untuk dipahami. Mantra adalah permainan bunyi dan bahasa belaka. Mantra harus dilihat dari sudut mantra itu sendiri. Oleh karena itu, soal pemahaman tidak penting, yang penting adalah akibatnya belaka.
  2. Mantra adalah penghubung manusia dengan dunia misteri.
  3. Pentingnya soal efek atau akibat atau kemanjuran. Kemanjuran terletak pada perintah.
 Perhatikan puisi berikut ini!
                                       Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? Bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
kutak punya ping kutak punya pong
pinggir ping kumau pong
tak tak bilang ping
pinggir pong kumau ping
tak tak bilang pong
sembilu  jarakMu merancap nyaring
                             (Sutardji Calzoum Bachri, 1973)

          Sifat-sifat mantra tampak dalam puisi “Shang Hai” ini, urutan katanya tampak disusun secara cermat. Unsur permainan bunyi sangat dipentingkan.

Coba perhatikan puisi berikut ini!
                         Pot
pot apa pot itu kaukah pot aku
              pot pot pot
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot aku
            pot pot pot
pot apa pot itu pot kaukah pot aku
                   Pot
            (Sutardji Calzoum Bachri, 1970)
Dalam puisi “Pot” urutan kata itu ditempatkan begitu rapi sehingga membentuk gambar. Maka puisinya sering disebut puisi grafis karena mementingkan efek visual dari penyusunan baris puisinya.

2. Puisi Mbeling

          Puisi mbeling bukan merupakan hasil karya penyair “mapan”. Tetapi kehadirannya mau tak mau harus kita terima. Seperti dinyatakan Sapardi Djoko Damono”… Harus diakui bahwa puisi jenis ini telah memberikan sumbangan yang berharga bagi keanekawarnaan puisi kita” (Sapardi Djoko Damono, 1981:91).
          Puisi mbeling muncul pertama kali pada majalah Aktuil  yang terbit di Bandung. Majalah ini menyediakan lembaran khusus untuk menampung sajak. Oleh pengasuhnya, Remi Silado, lembaran  khusus ini diberi nama “Puisi Mbeling”.
Ciri Puisi Mbeling
1. Ciri utama puisi ini adalah kelakar. Kata-kata dipermainkan, arti, bunyi, dan tipografi dimanfaatkan untuk mencapai efek kelakar. Sebagian besar puisi mbeling menunjukkan bahwa maksud penyair hanya sekadar mengajak pembaca berkelakar saja, tanpa maksud lain yang disembunyikan.
Contoh

                      Sajak Sikat Gigi

Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigig menggosok-gosok mulutnya supaya
terbuka

Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali

Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu
Berlebih-lebihan
                                      Yudhistira Ardinugraha

2. Kritik sosial
3. Kritik terhadap dominasi lama dalam perekonomian
4. Ejekan terhadap sikap sungguh-sungguh penyair umumnya dalam menghadapi puisi.
          Taufik Ismail menyebutnya dengan puisi yang mengkritik puisi.


3. Puisi Kongkret
            Puisi kongkret yaitu puisi yang mementingkan bentuk grafis atau tata wajah yang disusun mirip dengan gambar. Di samping makna yang ingin disampaikan oleh penyair, ia juga memperlihatkan kemanisan susunan kata-kata dan baris serta bait yang menyerupai gambar seperti segitiga, huruf Z, kerucut, piala, belah ketupat, segi empat, dan lain-lain.
          Puisi kongkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak tahun 1970-an. Sutardji Calzoum Bachri termasuk pelopor juga. Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri banyak yang dapat dikategorikan puisi kongkret. Puisi yang berjudul “Tragedi Winka dan Sihka” ( bentuk zig-zag), Q (mirip sebuah bangunan), Kucing ( segi empat) termasuk puisi kongkret.

Perhatikan puisi kongkret Dharma Sari di bawah ini!

             Drama Sebabak

             a  C  a  r  a  C  a
                                    o             e
                 w             w
                 o              e
                   C   o  w  o   K   a  n  d   K  e  w  e  k
                        o                                       e
                         w                               w
                                e                       o
                                   e                o
                                        e        o
                                             K
                                             a
                                             u
                           O  w  e  e  e  e  e  e  k  k

               Puisi kongkret yang mirip gambar piala, yang garis-garisnya diganti dengan sepuluh huruf itu cukup unik juga. Puisi tersebut mengedepankan sebuah acara remaja antara cowok dan cewek yang berakhir dengan saling menuduh : kau penyebab cewek melahirkan.

Unsur-unsur yang Menonjol dalam Puisi Kontemporer

Unsur-unsur yang menonjol dalam puisi kontemporer ialah :
  1. unsur bunyi  : menggunakan rima dan repetisi
  2. tipografi        : susunan baris-baris atau bait-bait puisi serta cara penulisan huruf
  3. enjambemen: pemotongan kalimat atau frase pada akhir baris dan potongan lainnya diletakkan kembali pada baris berikutnya.
  4. parodi atau unsur kelakar

Makna Puisi Kontemporer

            Puisi yang baik pasti memiliki makna walaupun dalam arti yang berbeda-beda. Meski Sutardji Calzoum Bachri menampilkan kata-kata tanpa makna , ia masih tetap berorientasi kepada makna dalam membawa suasana. Bagaimanapun juga puisi yang berhasil mesti mempunyai makna. Pembaca tidaklah sia-sia jika mencoba mencari makna dalam puisi-puisi kontemporer

a.  Perhatikan puisi Q di bawah ini!

                                      Q
                                     !    !
                                     !    ! !
                                            !             !  !            !  !         !
                                                                             !
                                     !     a
                                             lif          !  !   
                                               l
                                          l       a
                                    l                  a                             m
                                                                          !           !
                               m    m   m   m   m   m   m   m   m   m  m
                                   ii              iii    i      i     i     i     ii     i
                  m  m  m  m m m m m m  m m m m  m m m  m  m  m

                                                            ( Sutardji Calzoum Bachri)

b. Perhatikan puisi “Tragedi Winka dan Sihka” di bawah ini!
       Tragedi Winka dan Sihka
kawin
           kawin
                      kawin
                                kawin
                                           kawin
                                                     ka
                                               win
                                          ka
                                    win
                                ka
                           win
                       ka
                 win
             ka
       win
 ka
      winka
               winka
                         winka
                                  sihka
                                           sihka
                                                    sihka
                                                             sih
                                                         ka
                                                    sih
                                                 ka
                                            sih
                                         ka
                                   sih
                                ka
                            sih
                        ka
                            sih
                                 sih
                                      sih
                                           sih
                                                sih
                                                     sih
                                                          ka
                                                            Ku

                               (Sutardji Calzoum Bachri, 1983)

          Meskipun makna puisi tersebut tidak diungkapkan, bentuk fisik puisi di atas membentuk makna. Puisi di atas merupakan tragedi. Pembalikan kata /kawin/ menjadi /winka/ dan /kasih/ menjadi /sihka/ mengandung makna bahwa perkawinan antara suami istri itu berantakan dan kasih antara suami dan isteri sudah berbalik menjadi kebencian.
          Baris-baris puisi yang membentuk zig-zag mengandung makna terjadinya kegelisahan dalam perjalanan perkawinan itu. Pada baris ketujuh kata /kawin/ berjalan mundur. Hal ini mengandung makna bahwa cinta dalam perkawinan yang tadinya besar, berubah menjadi semakin lama semakin mengecil. Pada baris ke-15 kata /kawin/ berubah menjadi /winka/, ini berarti percek-cokan dan perpisahan sudah sering terjadi sehingga kata /kasih/berubah menjadi/sihka/, artinya kasih itu berubah menjadi kebencian. Pada baris ke-22 kasih itu mundur sekali, sampai akhirnya tinggal kasih sebelah saja, yakni tinggal /sih/ . Pada akhir puisi ini kawin dan kasih itu menjadi kaku atau mati. /Ku/ diawali dengan huruf kapitall menyatakan bahwa mereka kembali kepada Tuhan.
          Baik puisi “Tragedi Winka dan Sihka” maupun “Q” , keduanya termasuk puisi kongkret. “Tragedi Winka dan Sihka” melambangkan bentuk zig-zag dan “Q” dengan bentuk grafis yang mirip sebuah bangunan.
          Membaca alif lam mim, kita ingat kita ingat kepada Quran. Ini diperkuat dengan judul Q = Quran. Tanda seru sebanyak itu dimaksudkan agar manusia rajun membaca Quran dengan pemahaman yang mendalam. Huruf  alif lam mim juga bermakna agar manusia membuka misteri alam dan semua misteri alam itu ada jawabannya dalam Quran

Contoh lain

                                    
     V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V 
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
                             V
  !             VIVA PANCASILA            !
                                              
                                        (Jeihan)



          Untuk memahami bentuk puisi semacam ini kita perlu memiliki daya kontemplasi dan imajinasi yang tinggi. Puisi karya Jeihan ini dapat saja kita tafsirkan sebagai perjuangan bangsa Indonesia dalam menggali, merumuskan, menghayati, dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara.
          Jumlah V tujuh belas dan jumlah baris delapan mengandung makna diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Memang sejak waktu itu hingga sekarang, untuk mewujudkan suatu kehidupan bangsa yang berdasarkan Pancasila diperlukan proses yang panjang, walaupun banyak tantangan, Pancasila tetap jaya.

******us******
                             ( Dari berbagai sumber)

Rabu, 08 Desember 2010

Soal sastra Melayu Klasik

LATIHAN SOAL KARYA SASTRA MELAYU KLASIK
Bacalah penggalan hikayat berikut ! (Untuk soal nomor 1 dan 2)
Syahdan, maka adalah raja di dalam negeri itu telah kembali ke rahmatullah. Maka ia pun tiada beranak seorang pun jua. Maka segala menteri dan hulubalangnya dan orang-orang besar dan orang-orang membiucarakan, siapa juga yang patut dijadikan raja menggantikan raja yang telah kembali ke rahmatullah. Maka di dalam antara menteri yang banyak itu ada seorang menteri yang tua daripada tuan hamba sekalian . maka ia pun berkata, katanya,”Adapun hamba ini tua daripada tuan hamba sekalian itu. Jikalau ada gerangan bicara, mengapa segala Saudaraku ini tiada hendak berkata?”
1.    Isi kutipan tersebut menceritakan …
A.    Masyarakat sedang berduka atas kematian rajanya.
B.    Orang tua diberi hak berbicara da;am setiap pertemuan.
C.    Seorang raja telah meninggal dan tidak memiliki anak.
D.   Para menteri dan orang  besar melakukan musyawarah pemilihan raja.
E.    Hak orang berpendapat untuk memecahkan masalah dalam musyawarah.

2.    Nilai sosial yang terdapat pada kutipan hikayat tersebut adalah …
A.    Setiap negera memiliki seorang pemimpin yang dipilih rakyat.
B.    Memberi  kesempatan berbicara kepada semua yang hadir dalam musyawarah.
C.    Kepemimpinan yang dialihkan kepada perdana menteri oleh raja yang berkuasa.
D.   Orang tua lebih berpengalaman daripada orang muda dalam berbagai hal.
E.    Bermusyawarah untuk member kesempatan berbicara kepada yang berwenang.

Bacalah kutipan hikayat berikut! (Untuk soal nomor 3 dan 4)
Tersebutlah perkataan seorang raja keinderaaan yang kena sumpah Batara Indera. Adapun raja itu sekarang hidup laki bini sebagai si Miskin di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Maharaja Indera Dewa. Adapun pekerjaan si Miskin mengelilingi negeri mencari rezeki setiap hari adanya. Tetapi ke mana mereka pergi, mereka selalu dilempar orang dengan batu dan kayu. Tetrpaksalah mereka makan ketupat dan buku tebu yang didapatinya dari timbunan-timbunan sampah. Hatta beberapa lamanya bini si Miskin pun hamillah dan ingin makan mempelam dari raja. Raja Antah Berantah dengan suka memberikan mempelam itu. Berapa lama kemudian, bini si Miskin ingin makan nangka yang ada di dalam istana dan nangka itu pula diberikan juga oleh raja …

3.    Isi  penggalan cerita tersebut adalah …
A.    Seorang raja mengabulkan permintaan si Miskin meskipun sebelumnya hidup tersia-sia.
B.    Seseorang  yang terkena sumpah Batara Indera karena melawan perintah Batara Indera.
C.    Batara Indera membantu orang miskin yang istrinya sedang hamil besar.
D.   Orang miskin mencari makan di tempat sampah dan hidup pasrah.
E.    Raja Antah Berantah hanya memberikan banytuan kepada orang yang membutuhkannya.


4.    Amanat yang terkandung dalam dalam kutipan cerita tersebut adalah …
A.    Pada hakikatnya orang kaya dan orang miskin sama di hadapan Tuhan.
B.    Ketabahan penting pada saat kita menghadapi kesulitan.
C.    Memberikan pertolongan kepada seseorang adalah perbuatan terpuji.
D.   Berusahalah terus, jangan mudah menyerah pada keadaan.
E.    Hadapilah persoalan hidup dengan tenang dan tabah.
Perhatikan kutipan hikayat berikut!
Di dalam berkata-kata itu datanglah Sultan Harunurrasyid. Maka Abu Nawas pun larilah; dalam hatinya, “Jika baginda itu orang yang berakal, niscaya terlepaslah ia dan jikalau bodoh matilah ia disembelih orang jahat itu.”
Kemudian baginda itu pun dibawa oleh orang Badui itu ke tempat memotong daging, hendak dikeratnya batang lehernya. Dengan terkejut dan heran berkatalah baginda, “Adapun daging aku ini tiada berapa banyaknya akan engkau perbuat bubur haris itu, hasilnya pun sedikit. Yang baiknya engkau suruhlah aku ini membuat kopiah; pada satu hari dua biji selesai aku buat. Jika engkau jual, harganya dapat lebih daripada harga bubur itu.”
“Masa …”
“Berapa engkau dapat dari hasil berjualan bubur itu?”
….
          Sumber: Abu Nawas kutipan Nur Sutan Iskandar hlm. 53-54 dengan pengubahan

5.     Isi penggalan hikayat di atas adalah …
A.    Seorang pembuat kopiah yang bisa menghasilkan dua buah kopiah dalam sehari.
B.    Seorang Badui yang menjual bubur di pasar.
C.    Seorang raja yang tertangkap karena kelicikan anak buahnya.
D.   Seseorang  yang licik dan ingin mencelakakan orang lain.
E.    Seorang raja yang cerdik yang selamat dari pembantaian orang Badui.

6.   Amanat yang terdapat pada  penggalan hikayat di atas adalah ...
A.    Jangan menyerah menghadapi suatu kesulitan.
B.    Jangan mencobai pemimpinmu.
C.    Jangan menipu orang lain.
D.   Jangan pernah menyuruh orang lain.
E.    Jangan mencoba membunuh orang lain.

Maka sembah Sang Nila Utama: “Segala anak sungai Bintan ini telah habislah sudah tempat beta bermain: Bahwa Tanjung Bemban ini diwartakan orang terlalu baik. Itulah sebabnya maka beta hendak pergi.”
Maka beberapa dilarang permaisuri Iskandar Syah, Baginda bermohon juga pergi. Maka Titah permaisuri, “Daripada sebab kita anak kita mati, baiklah anak kita pergi.
     Maka permaisuri pun menyuruh berlengkap pada Indra Bupala dan pada Aria Bupala: Telah sudah lengkap maka Sang Nila Utama pun berangkatlah dengan raja perempuan sekali. Maka segala lancing kenaikan pun didayung oranglah. Adapun kenaikan Baginda lancaran bertiang tiga, pirang oeraduan dalam kelambu dalam kurung, serta permandian dan kelengkapan bermasak-masak. Maka rupa perahu orang yang mengiringkan tiada terbilang lagi.
7.    Amanat yang sesuai dengan kutipan hikayat tersebut adalah…
A.    Berilah fasilitas bermain di lingkungan rumah yang lengkap agar anak tidak tidak bermain di luar.
B.    Untuk kebahagiaan anak, orang tua sebaiknya memberikan fasilitas bermain yang lengkap.
C.    Jadilah seorang anak menerima kondisi keluarga apa adanya.
D.   Hendaknya orang tua memberikan kasih saying pada anaknya.
E.    Janganlah seorang anak menuntut lebih terhadap orang tua.

8.    Nilai yang dominan dalam kutipan hikayat tersebut adalah…
A.    nilai budaya
B.    nilai sosial
C.    nilai agama
D.   nilai pendidikan
E.    nilai moral

Bacalah karya sastra Melayu Klasik berikut! ( untuk soal  nomor 9  dan 10 )

Setelah Raja Iskandar mendengar tauhid Nadi Khidir itu, maka insaf sedikit kata Nabi Khidir itu dalam hatinya dan terjagalah ia akan pengajar gurunya hakim dengan akalnya. “Hai, orang muda, aku pun dahulu itikad inilah diajarkan guruku hakim Aristoteles. Hanya baharu juga aku ubah itikad itu, digusarinya aku mengubah dia, tiada kudengarkan katanya. Maka akan sekarang, aku mendengar katamu itu mufakat sekali dengan kata guruku. Pada hatiku benar juga itikad ini, hanya sedikit syak dalam hatiku.”

9.     Hal yang diceritakan dalam kutipan terseut adalah …
A.     Raja Iskandar mematuhi ajaran Nabi Khidir .
B.     Raja Iskandar melarang Nabi Khidir mengajarkan sesuatu padanya.
C.     Raja Iskandar sedikit mengalami keraguan terhadap ajaran Nabi Khidir.
D.     Raja Iskandar menentang ajaran Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Khidir.
E.      Raja Iskandar menyadari semua kesalahan yang telah dilakukannya selama ini.

10.   Nilai moral yang tersirat dalam kutipan tersebut adalah …
  1. Memberikan nasihat kepada orang yanga berbuat salah.
  2. Kemauan seorang raja mendengarkan kata-kata seorang nabi.
  3. Raja yang memimpin rakyatnya dengan adil dan bijaksana.
  4. Keberanian seseorang untuk mendengarkan ajaran dan nasihat.
  5. Keinginan seseorang untuk menerima ajaran dan nasihat baru.

      Bacalah penggalan hikayat berikut!
     “Sekarang cobalah Guru ceritakan pula,” titah Raja Dabsyalim kepada Baidaba. “Yang manakah di antara sifat-sifat ini, berani, pemurah, pengasih, penyantumn, yang harus dipilih raja untuk jadi sendi  kekuasaannya memerintah hamba rakyatnya?”
     “Ampun, Tuangku,” jawab Baidaba. “Sifat pengasih penyayang itulah terutama harus dipilih raja untuk jadi sendi kebesaran dan kekuasaannya. Belumkah Tuanku mendengar cerita raja balad dengan Permaisuri Irah?”
     “Guru, ceritakanlah supaya kita dengar!”
     “Sekali peristiwa adalah seorang raja bernama Balad dan wazirnya bernama Ilad. Wazir itu seorang yang taat beribadat dan saleh. Pada suatu malam raja bermimpi yang m,enakutkan delapan macam banyaknya. Seytelah hari siang Baginda suruh panggil pandeta Brahmana, hendak meminta keterangan tabirnya.”
                                                          (Hikayat Raja Balad dengan Permaisuri Irah)
11. Nilai moral yang tersirat dalam kutipan hikayat tersebut adalah …
A.      Raja yang kebingungan bagaimana memimpin negeri.
B.      Seorang raja harus memiliki sifat pengasih penyayang dalam menjalankan kekuasaannya.
C.      Mempercayai mimpi yang menakutkan.
D.     Menceritakan kisah penuh teladan kepada raja.
E.      Keadilan dalam memerintah negeri  harus dijalankan oleh seorang raja.

12. Isi kutipan hikayat tersebut mengungkapkan …
A.      Cerita Raja balad dan Permaisuri Irah yang mengharukan.
B.      Raja Dabsyalim meminta dibuatkan cerita mengenai raja dan permaisuri.
C.      Raja Dabsyalim meminta Baidaba menceritakan sifat-sifat yang baik untuk memerintah negeri.
D.     Seorang Raja Balad dan wazirnya yang bernama Ilad.
E.      Raja Balad dipanggil pendeta Brahmana untuk mempertanghgungjawabkan perbuatannya.

13. Karakteristik naskah sastra Melayu Klasik tersebut berdasarkan teknik penceritaannya adalah …
A.      Pengisahan dengan cerita  berbingkai.
B.      Penggunaan kata penghubung yang kurang tepat di awal kalimat.
C.      Pemilihan bahasa yang lugas tetapi dipengaruhi bahasa Melayu.
D.     Pemilihan diksi yang kurang tepat.
E.      Penggambaran setitng yang didominasi waktu

      Kata sahibul hikayat, maka tersebutlah perkataan sang Nila utama tinggal di Bintan beristrikan Wan Seri Beni. Anak Raja Bintan itu terlalu amat berkasih-kasihan. Hatta lamanya, pada suatu hari, sang Nila hendak pergi beramai-ramaian ke Tanjung Bemban, hendak membawa perempuan Baginda, Maka Baginda pun memohon kepada bunda Baginda, Permaisuri Syah. Maka titah bunda baginda:
      “Apa kerja anak kita pergi ke sana? Tiadalah rusa dan pelanduk dengan kandangnya, dan tiadakah kijang, landak, dan kurungannya? Tiadakah segala ikan dan kerang-kerangan di dalam kolam? Dan tiadakah buah-buahan dan  bunga-bungaan di dalam taman? Mengapakah maka anaka kita hendak bermain jauh?”

14.   Isi  cerita dia atas adalah …
A.    Baginda sedang jatuh cinta.
B.    Baginda hendak pergi ke Tanjung Bemban.
C.    Ibunda Baginda melarang Baginda berpacaran.
D.   Ibunda Baginda mengizinkan Baginda pergi asal ditemani oleh hulubalangnya.
E.    Baginda minta izin kepada ibunya untuk pergi ke Tanjung Bemban.

15. Nilai moral yang terkandung dalam kutipan cerita hikayat tersebut adalah …
A.    Seorang anak harus minta izin ketika mau berpacaran.
B.    Seorang ibu harus mengizinkan putranya pergi.
C.    Seorang anak harus minta izin orang tua ketika hendak bepergian.
D.   Seorang anak harus patuh kepada orang tuanya.
E.    Seorang ibu boleh mencampuri urusan anaknya.

16. Latar cerita di atas adalah …
A.    di hutan                            D. di pinggir laut
B.    di rumah                           E. di dalam istana
C.    di pinggir sungai

Dengan tiba-tiba, Seri Laut duduk menyembah kaki Anggun Dewa. “Ampun hamba pada kakak, usahlah hati dipermalukan, jangan bicara diperpanjang hamba tahu, hamba arif. Kata kakak, kata menyindir ngilu tulangku mendengarkannya. Dosa hamba seberat bukit, kesalahan sebesar bumi, bagaimana hamba akan menurut, bagaimana hamba akan pulang, menentang kakak, hamba malu. Bukanlah kakak yang celaka, untung hamba kiranya. Jangan suka mendengar asut petenah, buah bicara orang penghasut, akhirnya badan yang menanggung, menanggung dendam siang malam, hidup bagai hantu rimba,” demikianlah kata Seri Laut sambil menangis. “Manalah Tuan Seri Laut, jangan Tuan panjang bicara. Hari hampir berjuak malam, matahari hampir terbenam. Bawa hamba ke tempat Tuan. Menjemput inang dan pengasuh, mari kita pulang ke rumah, menjelang ayah dengan bunda.”

17.   Latar  penggalan cerita di atas adalah ….
A.   pagi hari,  mengharukan
B.  siang hari, mengkhawatirkan
C.  sore hari,  menakutkan
D. senja hari, menyedihkan
E.  malam hari, menegangkan

18.   Nilai moral baik yang terkandung dalam kutipan hikayat di atas adalah …
A.  Perbuatan menyembah kepada orang yang lebih tua merupakan suatu perbuatan yang tidak manusiawi.
B.  Kita perlu meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukan.
C.  Menyindir seseorang yang terlalu berlebihan sehingga membuat orang m,enangis.
D. Perbuatan menyesali nasib buruk yang menimpa diri secara berlebihan.
E.  Memperlakukan orang sebagai inang dan pengasuh yang harus tunduk perintah.


19.   Isi kutipan tersebut menceritakan …
A.  Seorang kakak yang memarahi adiknya.
B.  Seorang kakak yang menasihati adiknya.
C.  Seorang adik yang ingin pulang ke rumah.
D. Seorang anak yang menyesali nasib hidupnya.
E.  Seorang adik yang meminta maaf atas kesalahannya.

20.   Amanat hikayat tersebut adalah …
A.  Bersikap sopan kepada orang tua.
B.  Sayangilah saudara-saudara kita.
C.  Mendengarkan hasutan orang akan mencelakakan diri sendiri.
D. Menangis tidak akan menyelesaikan masalah.
E.  Ingatlah pada kampung halaman