Senin, 13 Desember 2010

Puisi Kontemporer

PUISI KONTEMPORER
          Dalam perkembangan terakhir kesusastraan Indonesia muncul adanya kaya sastra kontemporer, baik dalam bentuk puisi, prosa, maupun drama. Karya sastra kontemporer adalah karya sastra yang inkonvensional, yaitu menyimpang dari pola karya sastra pada umumya. Oleh karena menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya, cara memahami maknanya pun berbeda.
          Dalam bidang puisi , puisi kontemporer berarti puisi yang dibuat atau diterbitkan pada permulaan tahun 70-an hingga sekarang, dan bentuknya menyimpang dari puisi-puisi pada umunya.
          Untuk memahami puisi kontemporer kita perlu mengetahui apa yang dikatakan Sutardji dalam Kredo Puisinya.

Kredo Puisi
       Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukanlah seperti pipa yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.
       Kalau diumpamakan dengan kursi, ia adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk.Kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam.
       Dalam kesehari-harian kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan pengertian.dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian.
       Kata-kata harus bebas dari penjajahan pengertian,dari beban idea. Kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri.
       Dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor (Obscene) serta penjajahan gramatika.
       Bila kata telah dibebaskan kretivitas pun dimungkinkan. Karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauannya sendiri. Pendadakan yang kreatif bisa timbul karena kata yang biasanya dianggap berfungsi sebagai penyalur pengertian,tiba-tiba karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbullah hal-hal yang tak terduga sebelumnya.
       Dalam (penciptaan) puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. Dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari di atas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mundar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.
       Sebagai penyair saya hanya menjaga – sepanjang tidak mengganggu kebebasannya- agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal.
       Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikannya kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah kata.
       Dan kata pertama adalah mantera. Maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata pada mantera.
                                                      
                                                                      Bandung, 30 Maret 1973
                                                                           Sutardji Calzoum Bachri



Ciri-ciri Puisi Kontemporer
  1. Penulisan kata, baris, dan bait menyimpang dari penulisan puisi pada umumnya.
  2. Terjadi kemacetan bunyi, bahkan hampir tidak dapat dibaca karena kadang-kadang hanya berupa tanda baca yang disejajarkan.
  3. Banyak pengulangan kata, frase, atau kelompok kata.
  4. Menggunakan idiom-idiom yang inkonvensional.
  5. Memperhatikan kemerduan bunyi.
  6. Kadang-kadang mencampuradukkan kata atau kalimat bahasa Indonesia dengan kata atau kalimat bahasa asing atau bahasa daerah.
    
Di Indonesia yang digolongkan kontemporer adalah puisi-puisi karangan:
  1. Sutardji Calzoum Bachri, dalam kumpulan puisinya O Amuk, Kapak.
  2. Ibrahim Sattah, dalam kumpulan puisinya Hai Ti.
  3. Hamid Jabbar, dalam kumpulan puisinya Wajah Kita

Macam-macam Puisi Kontemporer
1. Puisi Mantra
          Puisi mantra dalam puisi konyemporer ialah puisi yang mempunyai sifat-sifat mantra.  Sifat-sifat mantra yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
  1. Mantra bukanlah sesuatu untuk dipahami. Mantra adalah permainan bunyi dan bahasa belaka. Mantra harus dilihat dari sudut mantra itu sendiri. Oleh karena itu, soal pemahaman tidak penting, yang penting adalah akibatnya belaka.
  2. Mantra adalah penghubung manusia dengan dunia misteri.
  3. Pentingnya soal efek atau akibat atau kemanjuran. Kemanjuran terletak pada perintah.
 Perhatikan puisi berikut ini!
                                       Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? Bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
kutak punya ping kutak punya pong
pinggir ping kumau pong
tak tak bilang ping
pinggir pong kumau ping
tak tak bilang pong
sembilu  jarakMu merancap nyaring
                             (Sutardji Calzoum Bachri, 1973)

          Sifat-sifat mantra tampak dalam puisi “Shang Hai” ini, urutan katanya tampak disusun secara cermat. Unsur permainan bunyi sangat dipentingkan.

Coba perhatikan puisi berikut ini!
                         Pot
pot apa pot itu kaukah pot aku
              pot pot pot
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot aku
            pot pot pot
pot apa pot itu pot kaukah pot aku
                   Pot
            (Sutardji Calzoum Bachri, 1970)
Dalam puisi “Pot” urutan kata itu ditempatkan begitu rapi sehingga membentuk gambar. Maka puisinya sering disebut puisi grafis karena mementingkan efek visual dari penyusunan baris puisinya.

2. Puisi Mbeling

          Puisi mbeling bukan merupakan hasil karya penyair “mapan”. Tetapi kehadirannya mau tak mau harus kita terima. Seperti dinyatakan Sapardi Djoko Damono”… Harus diakui bahwa puisi jenis ini telah memberikan sumbangan yang berharga bagi keanekawarnaan puisi kita” (Sapardi Djoko Damono, 1981:91).
          Puisi mbeling muncul pertama kali pada majalah Aktuil  yang terbit di Bandung. Majalah ini menyediakan lembaran khusus untuk menampung sajak. Oleh pengasuhnya, Remi Silado, lembaran  khusus ini diberi nama “Puisi Mbeling”.
Ciri Puisi Mbeling
1. Ciri utama puisi ini adalah kelakar. Kata-kata dipermainkan, arti, bunyi, dan tipografi dimanfaatkan untuk mencapai efek kelakar. Sebagian besar puisi mbeling menunjukkan bahwa maksud penyair hanya sekadar mengajak pembaca berkelakar saja, tanpa maksud lain yang disembunyikan.
Contoh

                      Sajak Sikat Gigi

Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigig menggosok-gosok mulutnya supaya
terbuka

Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali

Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu
Berlebih-lebihan
                                      Yudhistira Ardinugraha

2. Kritik sosial
3. Kritik terhadap dominasi lama dalam perekonomian
4. Ejekan terhadap sikap sungguh-sungguh penyair umumnya dalam menghadapi puisi.
          Taufik Ismail menyebutnya dengan puisi yang mengkritik puisi.


3. Puisi Kongkret
            Puisi kongkret yaitu puisi yang mementingkan bentuk grafis atau tata wajah yang disusun mirip dengan gambar. Di samping makna yang ingin disampaikan oleh penyair, ia juga memperlihatkan kemanisan susunan kata-kata dan baris serta bait yang menyerupai gambar seperti segitiga, huruf Z, kerucut, piala, belah ketupat, segi empat, dan lain-lain.
          Puisi kongkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak tahun 1970-an. Sutardji Calzoum Bachri termasuk pelopor juga. Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri banyak yang dapat dikategorikan puisi kongkret. Puisi yang berjudul “Tragedi Winka dan Sihka” ( bentuk zig-zag), Q (mirip sebuah bangunan), Kucing ( segi empat) termasuk puisi kongkret.

Perhatikan puisi kongkret Dharma Sari di bawah ini!

             Drama Sebabak

             a  C  a  r  a  C  a
                                    o             e
                 w             w
                 o              e
                   C   o  w  o   K   a  n  d   K  e  w  e  k
                        o                                       e
                         w                               w
                                e                       o
                                   e                o
                                        e        o
                                             K
                                             a
                                             u
                           O  w  e  e  e  e  e  e  k  k

               Puisi kongkret yang mirip gambar piala, yang garis-garisnya diganti dengan sepuluh huruf itu cukup unik juga. Puisi tersebut mengedepankan sebuah acara remaja antara cowok dan cewek yang berakhir dengan saling menuduh : kau penyebab cewek melahirkan.

Unsur-unsur yang Menonjol dalam Puisi Kontemporer

Unsur-unsur yang menonjol dalam puisi kontemporer ialah :
  1. unsur bunyi  : menggunakan rima dan repetisi
  2. tipografi        : susunan baris-baris atau bait-bait puisi serta cara penulisan huruf
  3. enjambemen: pemotongan kalimat atau frase pada akhir baris dan potongan lainnya diletakkan kembali pada baris berikutnya.
  4. parodi atau unsur kelakar

Makna Puisi Kontemporer

            Puisi yang baik pasti memiliki makna walaupun dalam arti yang berbeda-beda. Meski Sutardji Calzoum Bachri menampilkan kata-kata tanpa makna , ia masih tetap berorientasi kepada makna dalam membawa suasana. Bagaimanapun juga puisi yang berhasil mesti mempunyai makna. Pembaca tidaklah sia-sia jika mencoba mencari makna dalam puisi-puisi kontemporer

a.  Perhatikan puisi Q di bawah ini!

                                      Q
                                     !    !
                                     !    ! !
                                            !             !  !            !  !         !
                                                                             !
                                     !     a
                                             lif          !  !   
                                               l
                                          l       a
                                    l                  a                             m
                                                                          !           !
                               m    m   m   m   m   m   m   m   m   m  m
                                   ii              iii    i      i     i     i     ii     i
                  m  m  m  m m m m m m  m m m m  m m m  m  m  m

                                                            ( Sutardji Calzoum Bachri)

b. Perhatikan puisi “Tragedi Winka dan Sihka” di bawah ini!
       Tragedi Winka dan Sihka
kawin
           kawin
                      kawin
                                kawin
                                           kawin
                                                     ka
                                               win
                                          ka
                                    win
                                ka
                           win
                       ka
                 win
             ka
       win
 ka
      winka
               winka
                         winka
                                  sihka
                                           sihka
                                                    sihka
                                                             sih
                                                         ka
                                                    sih
                                                 ka
                                            sih
                                         ka
                                   sih
                                ka
                            sih
                        ka
                            sih
                                 sih
                                      sih
                                           sih
                                                sih
                                                     sih
                                                          ka
                                                            Ku

                               (Sutardji Calzoum Bachri, 1983)

          Meskipun makna puisi tersebut tidak diungkapkan, bentuk fisik puisi di atas membentuk makna. Puisi di atas merupakan tragedi. Pembalikan kata /kawin/ menjadi /winka/ dan /kasih/ menjadi /sihka/ mengandung makna bahwa perkawinan antara suami istri itu berantakan dan kasih antara suami dan isteri sudah berbalik menjadi kebencian.
          Baris-baris puisi yang membentuk zig-zag mengandung makna terjadinya kegelisahan dalam perjalanan perkawinan itu. Pada baris ketujuh kata /kawin/ berjalan mundur. Hal ini mengandung makna bahwa cinta dalam perkawinan yang tadinya besar, berubah menjadi semakin lama semakin mengecil. Pada baris ke-15 kata /kawin/ berubah menjadi /winka/, ini berarti percek-cokan dan perpisahan sudah sering terjadi sehingga kata /kasih/berubah menjadi/sihka/, artinya kasih itu berubah menjadi kebencian. Pada baris ke-22 kasih itu mundur sekali, sampai akhirnya tinggal kasih sebelah saja, yakni tinggal /sih/ . Pada akhir puisi ini kawin dan kasih itu menjadi kaku atau mati. /Ku/ diawali dengan huruf kapitall menyatakan bahwa mereka kembali kepada Tuhan.
          Baik puisi “Tragedi Winka dan Sihka” maupun “Q” , keduanya termasuk puisi kongkret. “Tragedi Winka dan Sihka” melambangkan bentuk zig-zag dan “Q” dengan bentuk grafis yang mirip sebuah bangunan.
          Membaca alif lam mim, kita ingat kita ingat kepada Quran. Ini diperkuat dengan judul Q = Quran. Tanda seru sebanyak itu dimaksudkan agar manusia rajun membaca Quran dengan pemahaman yang mendalam. Huruf  alif lam mim juga bermakna agar manusia membuka misteri alam dan semua misteri alam itu ada jawabannya dalam Quran

Contoh lain

                                    
     V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V 
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
  V V V V V V V V V V V V V V V V V
                             V
  !             VIVA PANCASILA            !
                                              
                                        (Jeihan)



          Untuk memahami bentuk puisi semacam ini kita perlu memiliki daya kontemplasi dan imajinasi yang tinggi. Puisi karya Jeihan ini dapat saja kita tafsirkan sebagai perjuangan bangsa Indonesia dalam menggali, merumuskan, menghayati, dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara.
          Jumlah V tujuh belas dan jumlah baris delapan mengandung makna diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Memang sejak waktu itu hingga sekarang, untuk mewujudkan suatu kehidupan bangsa yang berdasarkan Pancasila diperlukan proses yang panjang, walaupun banyak tantangan, Pancasila tetap jaya.

******us******
                             ( Dari berbagai sumber)

6 komentar:

  1. makna dari puisi do'a karya Jeihan yang lebih rinci apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. maknanya jadi kita tuh harus selalu berdoa kepada tuhan masing2. hehehehehehehhehehehe ga ding boong hehehehehhehe

      Hapus
  2. yaahh karya sastra lama menjelma menjadi karya sastra baru

    BalasHapus
  3. puisi kontemporer banyak dimuat di blog kami min

    BalasHapus