Minggu, 14 November 2010

Penalaran Deduktif

MENARIK KESIMPULAN SECARA DEDUKTIF
Penalaran deduktif dilakukan terhadap data (pernyataan) umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Yang perlu dikemukakan dalam penalaran ini adalah pernyataan umum sebagai data. Berdasarkan pernyataan umum itulah kita menarik kesimpulan. Pernyataan yang mendasari suatu kesimpulan disebut premis.
Menarik kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan dengan dua cara.
1.       Menarik kesimpulan dari satu premis
Contoh:
Premis : Bujur sangkar  merupakan segi empat yang panjang keempat sisinya sama dan besar tiap sudutnya 90 derajat.
Kesimpulan:
(1)  Setiap bujur sangkar pasti segi empat, tetapi tidak setiap segi empat merupakan bujur sangkar.
(2) Segi empat bukan bujur sangkar jika setiap sudutnya tidak 90 derajat.
(3) Segi empat bukan bujur sangkar jika sisinya tidak sama panjang walaupun setiap sudutnya sebesar 90 derajat.
(4) Segi empat bukan bujur sangkar jika ada dua sudutnya yang tidak sebesar 90 derajat.
(5) Segi empat bukan bujur sangkar jika sisinya tidak sama panjang dan sudut-sudutnya tidak sebesar 90 derajat.
(6) Dalam setiap bujur sangkar, keempat sisinya terdiri atas dua pasang garis yang sejajar.
(7) Jumlah keempat sudut bujur sangkar adalah 4x90 derajat = 360 derajat.

Dari contoh di atas, jelaslah bahwa dalam penalaran deduktif kita merumuskan premis umumnya dahulu. Kesimpulan yang kita rumuskan diperoleh dari pernyataan tersirat dalam premis umum.

2.       Menarik kesimpulan dari dua premis
a.       Silogisme
Silogisme disebut juga penalaran deduktif secara tidak langsung. Silogisme memerlukan dua premis sebagai data. Premis yang digunakan haruslah mengandung kebenaran dan secara logika tidak diragukan lagi (valid). 

Premis terdiriu atas premis mayor dan premis minor ( premis umum dan premis khusus).            Premis mayor ialah proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu.                Premis minor ialah proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa (fenomena) yang khusus sebagai anggota dari kelas tadi. Di samping itu, sebuah silogisme ditutup dengan simpulan yang menyatakan apa yang benar tentang seluruh kelas atau berlaku bagi anggota tertentu                 (Keraf, 1991 : 59)

Contoh  Silogisme
a.       Silogisme positif
Silogisme positif terdiri atas dua premis positif, sehingga simpulannya pun positif


Premis umum (PU) : Orang yang berjuang membela tanah air disebut pahlawan.
Premis khusus(PK) : Ahmad Yani berjuang membela tanah air.
Kesimpulan  (K)       : Ahmad Yani disebut pahlawan.

Jika dibuatkan rumus, silogisme tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
PU    : Orang yang berjuang membela tanah air  (A), disebut pahlawan (B)
PK    : Ahmad Yani  (C)  ,berjuang membela tanah air (A)
K       : Ahmad Yani  (C)  ,disebut pahlawan (B)
Jadi  PU : A=B
         PK  : C=A
         K    : C=B

b.      Silogisme negatif
Silogisme negatif ialah silogisme yang sa;ah satu premisnya bersifat negative, dan kesimpulannya harus bersifat negatif pula. Pernyataan negative dapat menggunakan kata tidak atau bukan.
Contoh:
PU    : Semua dokter tidak boleh mengabaikan pasien yang membutuhkan pertolongan.
PK    : Ayah seorang dokter.
K      : Ayah tidak boleh mengabaikan pasien yang membutuhkan pertolongan.

c.       Silogisme yang salah
(1)    Salah rumus
PU  : Guru yang memerhatikan muridnya adalah guru yang baik.
PK   : Bu Yuni bukan guru yang baik.
K     : Bu Yuni tidak memerhatikan muridnya.
(2)    Tidak logis
PU   : Semua jenis mawar tidak berumbi.
PK    : Singkong bukan jenis mawar.
K      : Jadi singkong tidak berumbi (?)
(3)    Dua premisnya bersifat khusus
PU   : Pak Burhan orang desa yang pandai menembak.
PK    : Tomi anak desa pandai menembak,
K      : Orang desa pandai menembak.
(4)    Premis umumnya menggunakan kata beberapa, kesimpulan tidak absah
PU   : Beberapa pahlawan mendapat penghargaan.
PK   : Jenderal Tono seorang pahlawan.
K     : Jenderal Tono mendapat penghargaan.

Jadi, dari contoh-contoh di atas dapat ditarik kesimpulah bahwa syarat keabsahan silogisme adalah:
1.       Memiliki tiga proposisi (PU, PK, dan K)
2.       Berpola  PU : semua A=B
                    PK  : C=A
                    K    : C=B
3.       Kata semua pada PU dapat diganti dengan setiap atau tiap-tiap.
4.       Jika satu premis bersifat negatif dan khusus, simpulan harus bersifat negatif dan khusus pula.
5.       Premis haruslah sesuatu yang dapat dipercaya dan valid.

b.      Entimem
Entimem merupakan penalaran deduktif secara langsung. Dalam hal ini, kesimpulan dirumuskan dalam satu kalimat. Oleh karena itu, entimem disebut juga sebagai silogisme yang diperpendek.
Perhatikan perbandingan berikut.
PU : Orang yang berjuang membela tanah air disebut pahlawan.
PK : Ahmad Yani berjuang membela tanah air.
K    : Ahmad Yani disebut pahlawan.
     Entimem : Ahmad Yani disebut pahlawan karena ia berjuang membela tanah air.
     Jadi, entimem : C=B karena C=A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar